Pemahaman Matematika
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA
Matematika selama ini dianggap menjadi
mata pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa. Banyak metode dan pendekatan
yang kemudian digunakan untuk membuat siswa senang dengan pelajaran matematika.
Salah satu metode dan pendekatan yang digunakan untuk mendekatkan siswa dengan
matematika yaitu dengan pendekatan matematika realistik. Matematika realistik
menggunakan pendekatan masalah sehari-hari yang dekat dengan dunia siswa.
Masalah-masalah nyata dan benda-benda nyata dalam kehidupan siswa menjadi titik
awal dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan
matematika pada anak-anak karena sebenarnya matematika sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang ada di sekitar siswa dijadikan
alat peraga dalam proses pembelajaran.
Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan
matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide
dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Di sini
matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah
(Dolk, 2006). Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi
harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di
bawah bimbingan guru. Proses penemuan kembali ini dikembangkan melalui
penjelajahan berbagai persoalan dunia nyata (Hadi, 2005). Di sini dunia nyata
diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti
kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, bahkan mata pelajaran lain pun dapat
dianggap sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal
pembelajaran matematika. Untuk menekankan bahwa proses lebih penting daripada
hasil, dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah matematisasi,
yaitu proses mematematikakan dunia nyata.
Pengajaran dengan PMR tidak dimulai dengan definisi, teorema atau
rumus-rumus yang kemudian dilanjutkan dengan contoh, seperti kebiasaan yang
terjadi di kebanyakan sekolah saat ini. Siswa tidak dipandang sebagai penerima
pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep
matematika di bawah bimbingan guru melalui masalah-masalah nyata. Konsep
matematika akan ditemukan sendiri oleh siswa dari proses pemecahan masalah
matematika seperti permasalahan kontekstual secara perlahan siswa mencoba untuk
mengembangkan pengetahuan matematika ke arah yang lebih formal. Proses pengembangan
konsep-konsep dan ideāide Matematika dimulai dari dunia nyata. Dunia nyata yang
dimaksud tidak hanya berarti benda nyata atau lingkungan nyata siswa namun lebih
dari itu pemaknaan realistik juga mencakupi pengalaman siswa dan pengetahuan yang
dimiliki siswa.
Karakteristik
Pendekatan Matematika Realistik
Karakteristik
utama pendekatan matematika realistik sebagai pedoman dalam merancang
pembelajaran matematika menurut Yusuf Hartono adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari dunia nyata. Masalah
yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran harus nyata bagi siswa agar
mereka dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman
mereka.
2. Dunia
abstak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan
tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa. Di sini model dapat berupa
keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa, seperti cerita-cerita lokal
atau bangunan-bangunan yang ada di tempat tinggal siswa. Model dapat pula
berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.
3. Siswa
dapat menggunakan strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri dalam proses mematematikakan
dunia mereka. Artinya, siswa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil
kerja mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan oleh guru.
4. Proses
pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun
antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran
matematika. Di sini siswa dapat berdiskusi dan bekerjasama dengan siswa lain,
bertanya dan menanggapi pertanyaan, serta mengevaluasi pekerjaan mereka.
5. Hubungan
di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan
masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu kesatuan yang saling kait
mengait dalam penyelesaian masalah.
Contoh Penerapan
PMRI dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran matematika realistik siswa diberi sebuah masalah dari
dunia nyata dan diberi waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah tersebut
dengan cara dan bahasa serta simbol mereka sendiri. Misalnya, penerapan
pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematka di SD pada materi
mengenal bilangan pecahan sederhana. Guru dapat menggunakan benda-benda nyata
yang dekat dengan dunia siswa misalnya semangka, kue serabi, donat, atau jeruk
dapat digunakan sebagai alat peraga. Siswa diberikan kesempatan untuk membagi
kue serabi menjadi dua bagian sama besar, empat bagian sama besar, dan
seterusnya.
Karakteristik pembelajaran matematika realistik selanjutnya adalah bersifat
interaktif. Setelah diberi kesempatan menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri, yaitu bagaimana cara memotong kue serabi atau donat menjadi empat
bagian sama besar, siswa diminta menceritakan cara yang digunakannya untuk
menyelesaikan masalah tersebut kepada teman-teman sekelasnya. Siswa lain
diminta memberi tanggapan mengenai cara yang disajikan temannya, mungkin ada
ide atau gagasan unik dari siswa lainnya. Diskusi semacam ini akan melatih siswa
dapat berinteraksi dengan sesamanya, bertukar informasi dan pengalaman, serta
berlatih mengkomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain. Peran guru disini
sebagai fasilitator dan membimbing jalannya diskusi. Akhirnya, siswa dibimbing
untuk menemukan aturan umum untuk menyelesaikan masalah sejenis. Guru mulai
menggunakan gambar sebagai alat peraga untuk menjelaskan konsep pecahan. Hal
ini dilakukan untuk proses pembentukan skema. Proses membangun pengetahuan guru
mulai mengenalkan simbol bilangan pecahan yang terdiri dari pembilang dan
penyebut. Siswa diminta menyatakan dalam bentuk bilangan pecahan pada gambar. Di
sinilah siswa dapat melihat hubungan matematika dengan kehidupan sehari-hari
atau dengan pelajaran lain. Pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan matematika realistik akan lebih mendekatkan matematika dengan dunia
keseharian anak-anak sesingga menjadikan pelajaran matematika lebih bermakna.
Pada tahap formal abstrak siswa mulai menggunakan bilangan pecahan dalam memecahkan
masalah perhitungan yang melibatkan bilangan pecahan. Berikut ini cara untuk
memperkenalkan pecahan pada murid dengan menggunakan pizza, mungkin dapat
digant dengan kue lain atau benda lain yang menjadi ciri khas daerahnya
masing-masing.
Komentar
Posting Komentar