DIRIKU YANG AKAN SEDANG MEMBANGUN TEORI LEARNING TRAJECTORY

Nama  :    ASTIYANI
NIM    :    14712259002
 



DIRIKU YANG AKAN SEDANG MEMBANGUN TEORI LEARNING TRAJECTORY

Berdasarkan penjelasan Bapak Marsigit melalui hasil rekaman dan catatan pada kegiatan perkulihan hari Selasa, 7 April 2015 tentang membangun teori learning trajectory dapat saya kaji hal-hal sebagai berikut, bahwa setinggi-tinggi ilmu adalah seseorang mampu bersikap sopan dan santun terhadap ruang dan waktu, artinya bahwa seseorang dapat menempatkan diri secara wajar, selaras, serasi, seimbang terhadap lingkungan dimana dia berada terikat dengan waktu sesuai dengan konteksnya. Manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia harus tahu diri dan mengetahui batasan-batasan yang dimilikinya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran guru harus memahami bahwa siswa sebagai manusia yang sedang belajar memiliki keterbatasan sehingga kemungkinan terjadinya kekeliruan adalah benar dan wajar. Hal ini menuntut guru untuk tahu diri dan tahu batasannya sebagai seorang guru yang harus memfasilitasi pemahaman siswa agar tepat dan benar.
Membangun teori learning trajectory berdasarkan beberapa landasan antara lain: Spiritual, normatif, formal dan material. Landasan spiritual yang terdiri dari syariat, hakikat, dan makrifat yang merupakan landasan tertinggi dalam membangun teori learning trajectory. Landasan normatif dapat berupa buku, jurnal penelitian, makalah ilmiah sehingga bermuara pada pemikiran filsafat yang meliputi bagaimana hakikat, metode, dan etik estetika pendidikan. Hakikat untuk mengetahui wadah dan isi, wadah adalah pemikiran siswa, isi adalah pengetahuan siswa. Hakikat siswa sebagai warga negara adalah memperoleh pendidikan yang dapat dikembangkan melalui filsafat pendidikan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wurihandayani, filsafat ini cocok dengan budaya serta kultur sosial masyarakat Indonesia. Landasan formatif menuntut guru untuk merubah paradigma teori sehingga guru harus mau belajar dan membaca referensi yang kemudian diolah melalui teori dan praktek, praktek langsung maupun tak langsung (melalui video). Interaksi antara teori dan praktek inilah dapat diperoleh bangunan hermeneutika learning trajectory antara kebersamaan guru dan siswa sebagai subjek belajar.
Landasan formal berupa dokumen resmi, meliputi peraturan UUD 1945, UU, PP, Permen, Silabus, RPP, LKS yang menjadi pedoman bagi guru untuk mengeksplorasi kedudukan siswa dalam pendidikan secara filsafat. Landasan material berkaitan dengan konteks dan konten. Konteks berkaitan dengan lingkungan budaya dan lingkungan fisik siswa. Konteks berkaitan erat dengan etika yang berlaku dalam suatu masyarakat dimana siswa tinggal. Konten berkaitan dengan materi dan perangkat bahan ajar dan pembelajaran. Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia seharusnya menyesuaikan konteks dan konten dengan budaya asli Indonesia. Sehingga anak didik tidak kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai warga negara Indonesia.
Membangun learning trajectory melalui proses hemeneutika learning trajectory yaitu proses untuk menyadari ruang dan waktu, artinya guru harus mau belajar dan membaca berbagai macam referensi untuk menambah ilmu pengetahuan sehingga memahami hakikat wadah dan isi. Wadah berkaitan dengan sintaks (berhierarki) dan isi berkaitan dengan kategori (perbedaan antara guru dan siswa). Gabungan antara wadah (sintaks) dan isi (kategori) disebut dengan pengetahuan. Teori learning trajectory memberikan pandangan bahwa sebenar-benar belajar adalah proses membangun, artinya peran guru dalam pembelajaran memberikan fasilitas dan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri bukan didogma sesuai dengan pemikiran guru. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memfasilitasi siswa dalam membangun teori melalui pembelajaran saintifik, problem Based Learning, problem solving.
Teori learning trajectory memberikan pengetahuan kepada guru untuk dapat memahami karakteristik pemikiran siswa. Membangun learning trajectory menuntut guru untuk mau belajar dan mengkaji teori-teori belajar untuk dapat diaplikasikan dalam pembelajaran disesuaikan dengan konteks ruang dan waktu artinya disesusiakn dengan karakteristik pemikiran siswa pada masing-masing tingkatan usia. Guru perlu memahami karakteristik pemikiran siswa dan bagaimana siswa mengerjakan soal matematika. Pengetahuan ini dapat digali melalui pengambilan data dan penelitian dalam proses belajar mengajar. Beberapa teori belajar yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran sekolah dasar seperti teori Brunner, Piaget, dan Vygotsky (ZPD). ZPD merupakan teori belajar yang menekankan adanya peran guru memfasilitasi siswa dengan memberikan bantuan untuk siswa membangun pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun siswa secara mandiri akan lebih bertahan lama dalam memori siswa dari pada sekedar hafalan

 Teaching Trajectory akan bermakna jika guru mampu mengaplikasikan teori pembelajaran dalam praktek pembelajaran. Salah satu praktek dalam membangun Learning Trajectory adalah melalui Lesson Study. Lesson study memungkinkan proses pembelajaran yang lebih terbuka dan menjalin kerja sama untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan berkolaborasi dengan guru lain atau pihak lain untuk mengobservasi proses pembelajaran. Pada bagian akhir, terjadi proses refleksi untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru, serta memberikan masukan dan saran bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajarannya. Tujuan pada akhir lesson study adalah membuat laporan tentang proses pembelajaran dan membuat perangkat proses belajar mengajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemahaman Matematika

Review Teori Belajar

Pemahaman Matematika Pendidikan Matematika Realistik